Rabu, 01 Februari 2023

Menjadi Perempuan Pembelajar yang Merdeka atas Pilihannya

 

“Sekolah yang tinggi ya nak..minimal kamu harus kuliah dan bekerja..”

Masih terngiang nasehat almh ibu, saat saya masih berusia belasan tahun. Ibu adalah seorang pegawai pemerintah yang setiap hari harus pergi ke kantor. Saya melihat bagaimana Ibu mampu membagi waktu antara urusan kantor dan mengurus keempat anak tanpa pembantu. Pilihan Ibu untuk bekerja di luar rumah tentu membawa konsekuensi bagi beliau. Capek secara fisik sampai tidak mempunyai cukup waktu untuk diri sendiri mungkin dialami, tapi kok seingat saya beliau tidak pernah mengeluhkan pilihannya sebagi perempuan bekerja kantoran. Padahal jumlah waktu yang dimiliki untuk beristirahat sangat minim. Tapi beliau memberi contoh bagi saya bagaimana menjadi perempuan yang mampu menjalankan beberapa peran dengan baik dan keluarga tetap menjadi prioritas pertamannya.

Setiap perempuan yang menikah dan mempunyai anak pasti akan mendapat peran lebih dari satu yang harus dijalankan dengan segala konsekuensi dan tanggung jawabnya. Peran pertama sebagai istri dan selanjutnya sebagai ibu. Peran itu masih akan bertambah jika sang perempuan bekerja di luar rumah dan aktif berorganisasi. Jadi akan ada perempuan yang super sibuk dengan bejibun aktivitasnya dan ada pula perempuan yang sibuk sekedarnya.

Kalian pilih yang mana??

Kamis, 31 Maret 2022

Mengatur Pola Tidur pada Batita


Beberapa minggu ini saya sering sekali begadang atau tidur malam yang sangat larut. Jika ditotal mungkin saya hanya tidur 3-4 saja dalam sehari. Jangan ditanya bagaimana rasanya, yang jelas badan terasa tidak segar dan mengantuk saat bekerja di kantor. Dan efek yang bikin galau adalah jarum timbangan badan mulai bergerak ke kanan karena untuk menahan kantuk saya ngemil.

Acara begadang ini disponsori oleh bocah kecil di rumah kami yang berusia 3 tahun.

Irham- si raja kecil- di rumah kami sedang “kacau” pola tidurnya sejak saya berhasil menyapihnya di usia 2 tahun 8 bulan. Memutuskan untuk menyapih Irham sempat molor dari harapan saya yaitu menyapih di usia 2 tahun. Setelah berhasil disapih, Irham kehilangan rutinitas pengantar tidur malamnya yaitu menyusu. Kami (saya dan Irham) masih belajar bersama mencari rutinitas pengantar tidur yang nyaman bagi Irham.

Baca: http://www.berandarumahku.com/2021/01/tips-menyapih-dengan-cinta.html

Sejak disapih, Irham susah diajak tidur siang. Meski tidak tidur siang, Irham tidur di atas jam 9 malam. Saya dan mas suami kadang sepakat untuk gantian tidur duluan untuk jagain Irham. Irham mulai mengantuk saat jarum jam menunjukkan pukul 10 malam. Dia akan tidur malam dan bangun pada pukul 8 pagi.

Nah, kalau dia tidur siang maka jam tidur malamnya akan sangat larut, bisa sampai jam 12 malam baru tidur dan bangun tetap sekitar jam 8 pagi. Sebenarnya total jumlah tidurnya sudah cukup yaitu sekitar 9-10 jam tetapi yang masih kacau adalah pola tidurnya. 

Begadang di masa anak-anak masih bayi berbeda dengan begadang ketika mereka berada di usia balita (preschool). Ketika bayi, kemampuan fisik mereka belum terlalu banyak sehingga pilihan yang bisa kita lakukan adalah menemani mereka bermain sambil tiduran di kasur, digendong atau disusui supaya mereka bisa tertidur kembali. Nah, saat anak memasuki usia balita dengan kemampuan fisik yang sudah berkembang ketika mereka terbangun dari tidurnya di malam hari mau tidak mau memaksa orang tua untuk ikut terbangun untuk menemani bermain. Kalau sudah begini, orang tua kurang tidur dan anak pun kemungkinan akan kurang tidur. Padahal tidur memegang peranan penting dalam proses tumbuh kembang anak. Ketika terjaga, anak berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dan mengalami kejadian positif maupun negatif. Tidur berperan mengendapkan berbagai pengalaman tersebut dan membuang pengalaman yang tidak diinginkan. Dalam tidur terjadi banyak aktivasi sel otak yang berperan besar dalam perkembangan kematangan otak pada tahun-tahun pertama kehidupan. Tidur juga memiliki sifat restoratif yang terkait dengan pemeliharaan daya tahan tubuh dan pertumbuhan fisik, menghilangkan kelelahan, serta memperbaiki fokus dan konsentrasi.

Sebenarnya berapa sih kisaran total jumlah tidur bagi anak-anak? Terkadang sebagai orang tua kita menganggap jumlah tidur anak kurang dan memaksa untuk tidur siang padahal mereka tidak mengantuk.

Ternyata jumlah total jam tidur anak tergantung usia mereka.

·      Usia bayi 0 – 1 bulan butuh tidur selama 16 – 20 jam

·      Usia 1 bulan – 1 tahun butuh tidur 14 – 15 jam

·      Usia 2 – 3 tahun butuh 11 – 12 jam

·      Usia 5 tahun butuh 11 jam

Bagian terbesar waktu tidur berlangsung di malam hari dengan jumlah 10-12 jam. Beberapa anak di usia batita menolak untuk tidur siang karena asyik bermain. Sebenarnya kita tidak perlu memaksa asal kebutuhan tidur anak tercukupi. Jadi tidak bisa dipukul rata bahwa anak batita “wajib” tidur siang.

Perubahan pola tidur pada anak wajar terjadi. Siklus tidur-bangun dan jumlah tidur yang diperlukan anak ditentukan secara fisiologis oleh usia dan tingkat perkembangan serta dipengaruhi jadwal kegiatan keluarga sehari-hari. Ternyata kebutuhan tidur anak perlahan-lahan berkurang. Bisa kita lihat saat bayi baru lahir hampir sebagian besar waktunya dihabiskan untuk tidur, saat anak mulai masuk usia batita dia hanya butuh waktu tidur 10-13 jam saja per hari.

Irham terkadang tidak tidur siang karena asyik bermain dengan teman-temannya, kalau saya memaksa yang terjadi dia malah tantrum. Akhirnya saya putuskan membiarkan dia bermain dulu dan memastikan jumlah tidurnya cukup di malam hari. Dalam keadaan normal jika Irham tidak tidur siang maka jam 20.00 dia sudah mengantuk dan mulai tidur malam jam 21.00 dan bangun pukul 5 pagi.

Yang harus saya lakukan secara konsisten adalah mengatur pola tidurnya. Perlu membiasakan kegiatan pengantar tidur yang bisa dilakukan untuk membentuk pola tidur yang baik. Idealnya sih, anak batita seusia irham tidur di bawah jam 9 malam.

Beberapa aktivitas yang sering saya lakukan ketika melihat tanda-tanda irham mulai mengantuk adalah mengajaknya gelegoran di kasur. Sambil saya peluk-peluk, dia mulai cerita-cerita sampai akhirnya tak terdengar suaranya. Ternyata matanya sudah merem dan terlelap.

Terkadang pola tidur irham kacau kalau saya ada tugas kantor yang memaksa saya pulang larut malam. Rutinitas gelegoran di kasur sambil pelukan pada pukul 9 malam tidak bisa saya lakukan sehingga Irham kesulitan untuk memulai tidurnya. Akibatnya dia begadang karena kehilangan rutinitas pengantar tidur. Sama persis dengan kejadian setelah disapih. Irham tetap menunggu saya pulang untuk memulai tidur malamnya. Tapi kalau rutinitas pekerjaan kantor kembali normal, maka pola tidur irham pun kembali normal kembali.

Aktivitas pengantar tidur setiap anak memang berbeda-beda. Hal ini tergantung pada kebiasaan anak dan keluarga. Aktivitas ini sangat membantu anak untuk cepat tidur, dan bisa menambah bonding dengan anak. Saya sendiri sangat menikmati saat melakukan aktivitas menjelang tidur dengan irham. Kami saling berpelukan dan bersentuhan, sama seperti saat menyusui. Rasanya sungguh membahagiakan.

Kamis, 30 Desember 2021

Mensiasati Guilty Feeling bagi Ibu Bekerja

 Yang berstatus ibu bekerja coba tunjuk tangan.

Toss ..statusnya sama kayak saya. Pernahkah teman-teman mengalami perasaan bersalah (guilty feeling) saat meninggalkan anak yang masih kecil untuk berangkat kerja? Saya yakin semua ibu bekerja sempat merasakan perasaan ini, walau kadarnya akan berbeda-beda. Secara naluri seorang Ibu selalu ingin berada di dekat anaknya namun ada beberapa kondisi yang membuat ibu harus meninggalkan anaknya untuk bekerja. Pengasuhan anak didelegasikan kepada orang lain. Guilty feeling ini lumrah dialami oleh para ibu yang bekerja di luar rumah.

Saya juga mengalaminya. Selama rentang waktu bekerja kurang lebih 15 tahun dengan 3 orang anak, saya berkali-kali mengalami perasaan bersalah itu. Guilty feeling sangat terasa saat masa cuti melahirkan habis dan harus segera masuk kantor. Walau ada pengasuh yang menginap di rumah, tetap saja rasanya gimana gitu meninggalkan mereka seharian. Di kantor bawaannya kangen mencium bau wangi bayi dan pengen menggendong.

Perasaan bahwa sebagai ibu tidak bisa maksimal dalam hal mengurus dan mengasuh bayi sering bermunculan di benak saya. pokoknya nano-nano deh rasanya.Tapi life must go on . Sebagai ibu harus bisa menjalani kenyataan hidup bahwa menjadi pekerja kantoran harus bersikap profesional dan juga mampu mengayomi anak-anak di rumah. Ini adalah konsekuensi yang harus diterima oleh ibu yang memilih untuk bekerja kantoran. Setiap Ibu bekerja pasti akan mempunyai cerita dan permasalahan yang berbeda-beda dalam menjalani peran gandanya.

Jumat, 20 Agustus 2021

Review Buku : Antologi Ibu Rumah Tangga Bisa Apa?


Judul : Ibu Rumah Tangga Bisa Apa

Penulis : Malica Ahmad dkk. 

Penerbit : Dandelion Publisher, cetakan pertama Maret 2021

Menjadi salah satu kontributor tulisan di buku antologi ini sangat membahagiakan karena ini adalah buku antologi pertama saya. Sebenarnya sudah lama saya ingin menerbitkan buku tapi selalu saja maju mundur dan rasanya belum nemu waktu yang pas. Saat ditawari untuk ikut gabung menulis di antologi ini, saya langsung tertarik karena tema yang diangkat adalah tentang perempuan dan ibu rumah tangga.

Tidak sedikit perempuan yang menyandang status ibu rumah tangga mendapat pertanyaan-pertanyaan yang kurang mengenakkan seperti:

“Sudah sekolah tinggi-tinggi sampai jadi sarjana, masak cuma jadi ibu rumah tangga dan tidak kerja. Duh rugi banget..”

Atau pertanyaan lain :

“Sekarang kerja dimana? Hah? Ga kerja? Cuma jadi ibu rumah tangga aja di rumah?”

antologi IRT Bisa Apa?

Rabu, 23 Juni 2021

Get Big Dream with ASUS

Masa pandemi yang sudah berlangsung lebih dari satu tahun ini “memaksa” banyak orang untuk bekerja secara on-line dari rumah. Saya termasuk pekerja kantoran yang harus terbagi shift untuk bekerja dari rumah. Namun sebagai Ibu bekerja yang biasa bekerja di kantor, ternyata bekerja dari rumah menambah masalah baru bagi saya. Membagi waktu 24 jam di rumah untuk bekerja, mengurus rumah dan mendampingi 3 anak sekolah secara on-line sungguh tidak mudah. Masih ditambah kesibukan saya menulis.

Sebelum pandemi, sepulang kantor saya full mengurusi anak-anak dan rumah. Anak-anak sekolah fullday sampai sore jadi saat di rumah adalah saat mereka beristirahat. Urusan pekerjaan dan menulis saya lakukan pada jam kerja di kantor. Sekarang semuanya berubah drastis. Hampir semua kegiatan harus dilakukan di rumah. sebenarnya ada sisi positif dan negatifnya. Bekerja dari rumah memberi fleksibilitas waktu untuk bekerja, mengurus rumah dan melakukan hal lain termasuk hobi. Banyak juga yang menekuni hobi baru seperti bertanam, memasak atau bersepeda. Sekarang sepanjang jalan rombongan pesepeda semakin marak saja. Apalagi kalau menilik lini masa media sosial, bertebaran foto-foto tanaman, masakan atau pose bersepeda.

Selasa, 11 Mei 2021

Mengurangi Sampah Makanan Keluarga

“Bu.., tukang sampahnya sudah 3 hari ini tidak datang,” asisten rumah tangga saya melaporkan.

Duh, rasanya sebal sekali melihat tumpukan sampah di depan rumah. Tumpukan sampah itu jadi mengurangi estetika pandangan, apalagi kalau ada sampah basahnya jelas akan menimbulkan aroma yang tidak sedap. Urusan sampah yang telat diambil sekarang jadi masalah baru bagi orang-orang yang tinggal di perumahan dengan lahan terbatas seperti saya. Saya sendiri jadi sangat tergantung dengan keberadaan tukang sampah yang mengambil sampah rutin setiap dua hari sekali. Cilakanya kalau dia tidak datang dan tidak berkabar, hasilnya sampah akan menumpuk di depan rumah.

Kata sampah sebenarnya sangat familiar di telinga kita. Keluarga bahkan individu setiap hari pasti menghasilkan sampah baik sampah organik maupun non organik. Rumah tangga tanpa disadari menyumbang produksi sampah organik atau sampah sisa makanan yang cukup besar. Saya cukup kaget ketika membaca sebuah hasil penelitian bahwa Indonesia menduduki peringkat kedua setelah Arab Saudi dalam hal membuang sampah makanan.

Rabu, 06 Januari 2021

Tips Menyapih dengan Cinta

Perjalanan menjadi Ibu diawali saat melahirkan dan belajar menyusui bayi. Setiap Ibu pasti mempunyai pengalaman yang berbeda setiap melahirkan. Setiap anak membawa ceritanya sendiri. Saya merasakan pengalaman tiga kali melahirkan dan itu membuat saya merasakan menjadi Ibu baru sebanyak 3 kali juga.

Saat melahirkan Irham, rasanya berbeda dengan pengalaman melahirkan 2 kakaknya. Tiga kali merasakan sesar, tiga kali pula merasakan pengalaman recovery yang berbeda. Hari pertama pasca sesar ASI saya belum keluar dan Irham sudah dibawa perawat untuk room in dengan saya. Perjuangan untuk menyusui Irham di hari-hari pertaman lumayan berat karena saya harus menyusui dengan posisi tidur telentang. Maklum saya belum mampu untuk duduk dan berdiri. Luka pasca sesar masih sakit sekali.